Selasa, 29 Januari 2013

sinopsis novel aku, kamu, atau MIPA

Aku, Kamu, atau MIPA?

Hellloooowwww :D
untuk hari ini aku ngepost 2entri yaaahhh soalnya aku baru beli novel AKaM(Aku,Kamu, atau Mipa) ini, tapi kalo Oppa & I udh lama^^  nah buat kalian yang Phobia sama pelajaran sekolah terutama MIPA dan suka banget novel yang sedikit cinta. cocok deh baca novel ini !!! 


yang mau Baca Rensensi nyaaa__


Judul: Aku, Kamu, atau MIPA?
Penulis: N. Kharisma Rosalina
Penerbit: Real Books Yogyakarta
Cetakan: I, April 2012
Tebal: 188 halaman


Rasa takut atau fobia matematika (mathematics anxiety) sebenarnya cukup umum terjadi. Melihat gejalanya, fobia matematika sebenarnya sangat mirip dengan demam panggung (stagefright). Rasa takut itu di antaranya meliputi “perasaan kuat” tidak akan dapat mengerjakan matematika atau rasa takut lain yang terlalu keras atau ketakutan akan kegagalan yang sering berasal dari kurang percaya diri. Ahli Matematika ITB, Iwan Pranoto menyebutkan bahwa, masalah fobia matematika kerap dianggap sangat krusial dibandingkan bidang studi lainnya.

Dan kasus ini yang terjadi dalam novel Aku, Kamu, atau Mipa? Novel ini berkisah tentang Egy Syabilla yang jeblok dalam mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia (MIPA) dan kemudian diminta ayahnya untuk les privat pada Anggia Syarief, sang juara Olimpiade MIPA Internasional, teman satu sekolahnya. Dari sini benih-benih cinta itu muncul, karena Syarief menemukan sosok Bianca (mantar pacar Syarief yang telah meninggal dunia) pada diri Egy. Syarief yang sulit melupakan Bianca meminta Egy untuk menjadi pacarnya karena Syarief tak bisa membedakan antara Egy dan Bianca sebab keduanya berwajah mirip.

Dilema cinta pun harus Egy hadapi antara mau menerima cinta Syarief (seseorang yang diam-diam dicintainya) ataukah Egy lebih memilih hanya konsentrasi belajar untuk meraih cita-cita dan mimpi-mimpinya ataukah Egy memilih kedua-duanya, yaitu menerima cinta Syarief dan tetap konsentrasi belajar?

Ada tiga kelebihan dan keunikan yang menonjol dalam novel ini. Pertama, tidak banyak penulis novel yang mengupas tentang fobia matematika itu sendiri. Kedua, penulis novel ini berhasil memadukan antara tema matematika dan cinta. Ketiga, penulis novel ini mampu membuat diksi-diksi yang renyah, gaul, slengekan khas anak muda. Maka, jadilah novel ini sangat menggelitik dan menyegarkan yang seharusnya menjadi “bacaan wajib” para pelajar dan mahasiswa atau siapa saja agar tidak fobia MIPA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar